Penyebab Kegagalan Pembelajaran Matematika


Kita sadari bersama bahwaP sejauh inie prestasi siswa dalam belajar matematika memang masih rendah. Dari beberapa laporan menyebutkan, faktor penyebabnya antara lain adalah masih kurangnya kualitas materi pembelajaran, metode pembelajaran yang mekanistik, model pembelajaran yang monoton maupun sulitnya konsep- konsep matematika untuk dipahami.

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif. Yakni kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama pentingnya.

Salah satu penyebab kegagalan dalam pembelajaran matematika adalah siswa kurang paham konsep-konsep matematika atau siswa salah dalam memahami konsep-konsep matematika. Siswa yang menguasai konsep matematika, dengan mudah memecahkan soal-soal matematika.

Sering kita temui dalam kegiatan pembelajaran, siswa salah dalam memahami konsep matematika, sehingga salah dalam menyelesaikan soal-soal matematika.Kesalahan konsep yang dialami siswa sebagian besar dibawa dari jenjang pendidikan sebelumnya.

Kesalahan konsep suatu pengetahuan saat disampaikan kepada salah satu jenjang pendidikan, bisa berakibat kesalahan pengertian dasar yang berkesinambungan hingga ketingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ini karena matematika adalah materi pembelajaran yang saling berkaitan dan berkesinambungan(Continue),sehingga untuk mempelajari salah satu topik di tingkat lanjutan harus memiliki pengetahuan dasar atau pengetahuan prasyarat terlebih dahulu.

Tulisan ini mencoba mengurai beberapa kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika. Selain itu, juga memberi alternatif pemecahan agar kesalahan memahami konsep tidak terjadi.

Secara garis besar, matematika memiliki beberapa cabang ilmu di antaranya adalah Aljabar, Geometri, Aritmatika dan Statistika. Setiap cabang memiliki beberapa disiplin ilmu tersendiri. Jika seorang siswa mempelajari Aljabar, maka ia harus menguasai terlebih dahulu pokok bahasan bilangan beserta operasi hitungnya.

Jika seorang siswa SMA ingin mempelajari Program Linear, ia harus menguasai Fungsi Linier beserta pertidaksamaannya, menguasai sistem persamaan linier, baik dengan satu variabel maupun dengan dua variabel dan sebagainya.

Setelah mengetahui hubungan pokok pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika, siswa dengan mudah mempelajari pokok bahasan lain yang lebih tinggi. Akhirnya, siswa tidak akan kesulitan memahami atau menerima pokok bahasan baru. Yang tragis adalah bila kesalahan penanaman konsep dari suatu pokok bahasan terjadi pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Jika itu terjadi, bisa dipastikan seorang siswa akan memperoleh pengertian-pengertian yang salah dan berkelanjutan.

Sebagai ilustrasi, kesalahan konsep dapat dilihat dari beberapa kasus berikut:

Dalam operasi hitung sederhana :


8 + 4 X 5 = 60 yang benar 8 + 4 X 5 = 28

Dalam penyelesaian operasi Aljabar :


5 + 3x = 20 5x = 20 x = 4 yang benar 2 + 3x = 20 3x = 18 x = 6

Dua ilustrasi di atas merupakan kesalahan konsep yang sering kita jumpai. Sederhana, tapi akan berakibat fatal.

Kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika dapat terjadi dari dua pihak, yakni guru maupun siswa. Kesalahan dari pihak guru antara lain, guru matematika bukan guru mata pelajaran melainkan guru kelas, tidak berlatar belakang pendidikan matematika, kurang menguasai inti materi dari pokok bahasan yang diajarkan, kurang mengetahui atau menguasai materi-materi.

Kemungkinan kesalahan konsep yang disebabkan oleh siswa antara lain, siswa salah menerima terhadap pengertian dasar atau konsep dari suatu pokok bahasan yang disajikan oleh guru., kurang berminat terhadap pelajaran matematika, cenderung hanya menghafal, tidak berusaha memahami rumus-rumus maupun con toh penyelesaian soal yang ada, bawaan siswa itu sendiri baik dari sekolah ataupun dari kelas sebelumnya.

Untuk menghindari kesalahan konsep yang disebabkan dari pihak guru maupun siswa, berikut ini beberapa alternatif pemecahannya dari dua pihak secara bersamaan. Pertama, usahakan guru matematika adalah guru mata pelajaran bukan guru kelas untuk semua jenjang pendidikan. Ini banyak dijumpai pada sekolah-sekolah tingkat SD atau MI yang menggunakan pola guru kelas.

Kedua, penguasaan inti materi dari tiap-tiap pokok bahasan matematika perlu dimiliki oleh para guru matematika. Hal ini dimaksudkan agar dalam menyajikan materi, guru dapat membedakan antara materi pokok dengan materi tambahan atau materi penunjang. Dengan demikian, tidak terjadi pengulangan materi yang bisa membuat siswa bingung.

Ketiga, perlu memotivasi siswa dalam belajar matematika untuk menghindari siswa dari kesalahan konsep. Jika siswa belajar giat dan penuh gairah, ia akan berusaha memahami dengan sungguh-sungguh dan mengembangkannya melalui latihan menyelesaikan soal-soal yang bervariasi.

(dikutip dari Republika online, Kolom Guru Menulis, oleh : Nurul Karimah Guru SMP Negeri 5 Temanggung)